Disbudpar Kabupaten Bandung Tingkatkan Kapasitas SDM Pariwisata di Pangalengan
INFO.BANDUNGSATU-- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Pangalengan menggelar kegiatan pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata.
Kegiatan yang mengusung tema Megata ini berfokus pada pembentukan etika kerja melalui penerapan grooming, greeting, dan gesture. Acara berlangsung di Parabond Land, Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, pada Jumat (10/11/2024).
Plt Camat Pangalengan, Vena Andriawan, menjelaskan bahwa program Megata dirancang untuk meningkatkan kualitas pelayanan pelaku pariwisata.
“Kami ingin membentuk pelaku pariwisata yang profesional dengan etika pelayanan yang baik. Penampilan atau grooming harus diperhatikan, seperti berpakaian rapi, bersih, dan sesuai standar. Selain itu, gesture yang ramah dan sopan, serta greeting yang menyenangkan menjadi elemen penting dalam memberikan pengalaman positif kepada wisatawan,” ujar Vena.
Ia juga menambahkan pentingnya penerapan nilai-nilai budaya lokal seperti someah (ramah) dan hade (baik) kepada para wisatawan.
Nilai-nilai ini dianggap penting untuk menciptakan citra positif bagi pariwisata Pangalengan, yang memiliki potensi besar sebagai salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Bandung.
Pembelajaran dari Pengalaman Misteri Wisatawan
Vena berbagi pengalamannya saat menjadi mystery guest atau wisatawan di beberapa lokasi wisata di Pangalengan. Dari pengalamannya, ia menyoroti beberapa aspek yang perlu diperbaiki, seperti kurangnya sambutan ramah dan minimnya perhatian terhadap kenyamanan wisatawan.
“Sambutan yang ramah dan terorganisir memberikan kesan mendalam bagi pengunjung. Sebaliknya, sikap acuh dapat meninggalkan kesan negatif. Oleh karena itu, pelatihan frontliner seperti petugas parkir, staf restoran, dan penginapan sangat penting untuk memastikan wisatawan merasa dihargai,” jelasnya.
Solusi Masalah Lalat di Kawasan Wisata
Selain pembinaan SDM, permasalahan lalat di kawasan Pangalengan juga menjadi perhatian serius. Menurut Vena, gangguan lalat tidak hanya mengurangi kenyamanan wisatawan tetapi juga memengaruhi standar kebersihan dan kesehatan.
Beberapa solusi alami yang diusulkan meliputi:
Daun pandan, diletakkan di meja makan untuk mengusir lalat.
Lem lalat alami, menggunakan campuran madu atau gula.
Baking soda dan cuka, untuk mengusir lalat di area tertutup.
Untuk solusi jangka panjang, edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah dan kebersihan lingkungan menjadi prioritas. Selain itu, penanaman tanaman pengusir lalat seperti serai wangi, kemangi, atau lavender di sekitar kawasan wisata diharapkan dapat membantu.
Meningkatkan Pengalaman Wisata Holistik
“Ketika wisatawan merasa diperhatikan, baik dari segi kebersihan, pelayanan, maupun suasana, pengalaman mereka akan lebih berkesan. Bahkan solusi sederhana seperti mengatasi masalah lalat menunjukkan perhatian pengelola terhadap detail kecil yang berdampak besar pada pengalaman wisata,” tambah Vena.
Program Megata mendapat apresiasi tinggi dari para peserta, yang berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata lokal.
Dengan komitmen dan langkah konkret, Pangalengan diharapkan semakin menarik sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Bandung.***